Bencana tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang berpotensi terjadi di wilayah Desa Pagergunung. Beberapa wilayah di Desa Pagergunung memiliki kondisi topografi cukup tinggi dan bergelombang dengan curah hujan yang cukup tinggi di setiap bulannya. Kondisi tersebut mengakibatkan potensi terjadinya bencana tanah longsor cukup besar, terutama pada wilayah desa yang cukup tinggi. Hal tersebut menjadi latar belakang dari adanya program kerja pembuatan peta kerawanan bencana tanah longsor di Desa Pagergunung.
Mahasiswa program studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro telah berhasil mengembangkan peta Kerawanan Tanah Longsor di Desa Pagergunung, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, sebagai langkah untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana dan mengurangi risiko tanah longsor. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan tujuan menerapkan ilmu geologi untuk mengatasi permasalahan nyata. Tim KKN melakukan pengumpulan data dan analisis geologi guna mengidentifikasi wilayah rawan longsor dengan mempertimbangkan faktor seperti kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan.
Peta yang dihasilkan menunjukkan berbagai tingkat kerentanan tanah longsor, dari rendah hingga tinggi, serta memberikan rekomendasi tindakan mitigasi. Dengan adanya peta ini, diharapkan masyarakat dan pemerintah dapat mengambil langkah preventif yang lebih efektif. Tim juga menerapkan teknologi pemetaan modern dan analisis geospasial untuk memetakan potensi longsor.
Sekretaris Desa, Bapak Andung Cahyo, S.E. memberikan apresiasi atas upaya mahasiswa dengan menyebut peta tersebut sangat penting dalam merencanakan aksi preventif dan mitigasi. Setelah peta disusun, tim KKN melakukan evaluasi untuk memastikan akurasi informasi dan merekomendasikan pembaruan peta secara berkala untuk perencanaan tata ruang dan penanggulangan bencana. Program KKN Teknik Geologi ini menunjukkan pentingnya integrasi ilmu pengetahuan dalam upaya mitigasi bencana, dengan harapan dapat meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat serta langkah mitigasi yang lebih efektif oleh pemerintah daerah.
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook